Selamat datang di blog Paulinus Pandiangan. Semoga kamu menemukan sesuatu yang berguna.   Click to listen highlighted text! Selamat datang di blog Paulinus Pandiangan. Semoga kamu menemukan sesuatu yang berguna.

Perihal Vokasi dan Hambatan

Ada 2 cerita pendek yang menarik bagi saya pagi ini; satu tentang vokasi, yaitu menemukan hal yang membuat orang merasa benar-benar memenuhi panggilan hatinya, dan yang kedua tentang bagaimana hambatan justru bisa menjadi penunjuk jalan yang harus ditempuh dalam hidup.

Keduanya saya baca dari buku karya Robert Greene, The Daily Laws.

LANJUTKAN MEMBACA …

Jalan Menuju Ketenangan


Epictetus

“Selalu camkan pemikiran ini di saat fajar, sepanjang siang dan malam—hanya ada satu jalan menuju kebahagiaan, dan itu adalah dengan menyerahkan semua di luar lingkup pilihan Anda, tidak menganggap apa pun sebagai milik Anda, menyerahkan segalanya kepada Tuhan dan keberuntungan.”

Epictetus dalam DISCOURSES

Hai teman-teman… 🤗

Saya baru saja membaca bab pendek di buku The Daily Stoic oleh Ryan Holiday. Buku ini berisikan 366 segmen, satu untuk tiap hari. Segmen yang saya baca adalah bacaan untuk 12 Januari.

Mari kita simak terjemahannya berikut ini.

Pagi ini, ingatkan diri Anda tentang apa yang ada dalam kendali Anda dan apa yang tidak dalam kendali Anda. Ingatkan diri Anda untuk fokus pada yang pertama: apa yang ada dalam kendali.

Sebelum makan siang, ingatkan diri Anda bahwa satu-satunya hal yang benar-benar Anda miliki adalah kemampuan Anda untuk membuat pilihan (dan menggunakan alasan dan penilaian saat melakukannya). Ini adalah satu-satunya hal yang tidak pernah bisa diambil dari Anda sepenuhnya.

Di sore hari, ingatkan diri Anda bahwa selain dari pilihan yang Anda buat, nasib Anda tidak sepenuhnya terserah Anda. Dunia berputar dan kita berputar bersamanya—ke arah mana pun, baik atau buruk.

Di malam hari, ingatkan diri Anda lagi berapa banyak yang berada di luar kendali Anda dan di mana pilihan-pilihan Anda dalam sehari itu bermula dan berakhir.

Saat Anda berbaring di tempat tidur, ingatlah bahwa tidur adalah bentuk penyerahan diri dan kepercayaan kepada Yang Berkuasa atas hidup. Dan bersiaplah untuk memulai seluruh siklus kehidupan lagi besok.


Silakan dibaca perlahan dan semoga membantu menguatkan kesadaran dan ketenangan teman-teman semua. 💝😍

Salam,

Paulinus Pandiangan

Tips Sederhana untuk Hidup Sehat

Hai guys! 🤗

Berikut beberapa tips sederhana untuk hidup lebih sehat yang saya peroleh dari salah satu video TikTok.

  • Pertama, gerakkan tubuh sekurang-kurangnya 10 sampai 15 menit setiap hari. Ini bisa dilakukan dengan berjalan kaki atau berlari santai, misalnya.
  • Kedua, saat makan, awali dengan yang berserat dulu, seperti sayuran.
  • Ketiga, manisan harus dikonsumsi setelah makanan utama. Lebih bagus lagi kalau bisa mengurangi konsumsi gula ke level minimum.
  • Keempat, tidur cukup. Orang dewasa biasanya membutuhkan sekitar 7 hingga 8 jam tidur pada malam hari. Upayakan mendapatkan jam tidur yang cukup agar lebih prima berkegiatan di hari berikutnya.
Ilustrasi Tubuh Sehat

Mari kita coba, teman-teman. Intinya menjaga asupan makanan (tidak terlalu banyak mengkonsumsi minyak, lemak, dan gula), istirahat cukup, dan aktif menggerakkan tubuh setiap hari.

Semoga kita semua sehat ya. 😊

Salam,

Paulinus Pandiangan

Rangkullah Keanehanmu!

Setiap orang seharusnya ada anehnya dari yang lain.

Tidak ada yang aneh dari kalimat di atas, karena memang setiap orang memiliki ketertarikan spesifik pada hal tertentu, yang pasti lain dari orang lainnya.

Simak kisah berikut.


V. S. Ramachandran, anak yang bertumbuh besar di Madras, India pada suatu hari di tahun 1950 menyadari bahwa dirinya berbeda.

Saat menyendiri dia sering menghabiskan waktu di pantai, dan dia memiliki ketertarikan khusus pada variasi-variasi kerang laut yang bertebaran di tepi pantai. Dia mengumpulkan kerang-kerang ini dan mempelajarinya dengan seksama.

Dari sekian banyak variasi kerang laut, dia terpesona pada Xenophora, yang memiliki kemampuan untuk menggunakan kembali cangkang yang sudah tidak dipakai untuk tujuan kamuflase, dan dia merasa anomali kerang jenis Xenophora ini begitu menyedot perhatiannya. Dia suka dengan anomali.

Ketertarikannya pada anomali seperti ini ternyata dibawanya terus sampai dewasa. Saat dewasa, ia mempelajari anomali pada sistem anatomi manusia, fenomena-fenomena aneh dalam ilmu kimia, dan berbagai hal-hal aneh lainnya. Dia memutuskan belajar ilmu kedokteran dan sukses menjadi seorang profesor psikologi visual di universitas California di San Diego.

Dalam penelusuran-penelusuran lanjutannya, dia menjadi begitu tergelitik dengan fenomena phantom limbs, dimana pasien tetap merasakan sakit pada bagian tubuh yang sudah diamputasi. Penelitiannya dalam hal ini akhirnya melahirkan penemuan baru dalam mekanisme kerja otak manusia dan cara-cara untuk membantu menghilangkan rasa sakit yang dialami pasien yang mengalami amputasi.

Dia lalu mendedikasikan hidupnya untuk menemukan, mempelajari, dan meneliti berbagai anomali dalam sistem syaraf manusia, menghasilkan temuan-temuan yang berguna bagi banyak orang.

Dan itu semua berawal dari ketertarikannya pada anomali kerang laut.


Tiap orang sebenarnya seperti V. S. Ramachandran, punya keanehan sendiri. Tiap orang tertarik pada hal khusus yang tidak akan bisa dipahami orang lain, dan saya percaya, ini rahmat.

Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah ‘merangkul’ ketertarikan khusus itu. Rangkullah anomalimu.

Tidak perlu merasa harus selalu diterima dalam segala hal. Menjadi versi asli dari diri sendiri dengan segala keanehannya adalah hal terbaik yang bisa kamu lakukan.

It’s OK to be different.

🤗

Salam,

Paulinus Pandiangan

Jebakan Resolusi Awal Tahun

Saya adalah satu dari sekian banyak orang yang, dulunya, di awal tahun selalu bersemangat mencetuskan resolusi untuk diri. Pernyataan-pernyataan bernada seperti ‘di tahun ini saya akan membaca 12 buku, satu buku tiap bulan’, atau ‘tahun ini saya akan berolahraga secara rutin agar lebih fit’ cukup acap saya ikrarkan pada diri sendiri di setiap awal tahun.

Kalimat-kalimat yang bernada cukup positif dan menyiratkan keinginan untuk menjadikan diri lebih baik lagi.

LANJUTKAN MEMBACA …

Tentang Relasi

Wujud Tuhan tidak terlihat dengan mata kasat kita. Kendati demikian, saya percaya bahwa ada ‘wajah-wajah Tuhan’ yang bisa kita alami secara visual dengan mata lahiriah kita: sesama.

Sesama ini adalah orang-orang selain kita: orangtua, sanak keluarga, anak, teman-teman, tetangga, atau rekan kerja. Semua orang di sekitar.

Dengan demikian, kita sebenarnya tetap bisa ‘mengalami’ Tuhan dengan indera visual kita sendiri. Toh, sesama kita adalah ciptaan Tuhan juga, sehingga dalam diri mereka juga ada Tuhan.

Maka membina relasi dengan Tuhan adalah untuk juga membina relasi dengan sesama. Tidak ada relasi yang baik dengan Tuhan yang tidak dibangun dengan relasi yang baik pula dengan sesama. Tidak ada orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan yang berantakan relasinya dengan manusia-manusia lain. Kalau kita membaca profil para orang kudus, santo dan santa, kita akan selalu menemukan fakta yang sama: bahwa mereka berelasi sangat baik dengan sesamanya.

Jadi, saya berpendapat kalau relasimu dengan sesama saja masih berantakan, bisa dipastikan juga sebenarnya relasimu dengan Tuhan tak begitu baik. Relasi dengan Tuhan selalu tercermin dari relasi seseorang dengan manusia-manusia lainnya.

Dan membina relasi yang baik dengan manusia lainnya bukanlah perkara mudah. Saya sendiri bisa menjadi contoh. Saya adalah seorang introvert yang mengalami banyak kesulitan dalam membina relasi yang baik dengan orang lain, bahkan dengan keluarga sendiri pun masih banyak yang harus diperbaiki: perilaku yang buruk atau kata-kata yang tidak menyenangkan untuk didengar.

Saya yakin bahwa saya tidak sendiri dalam hal ini; bahwa kita semua ada dalam perjalanan kita masing-masing. Untuk saya yang sudah menginjak usia 38 ini, dan akan segera menjadi 39 tahun pada 8 Januari 2022 nanti, saya merasa bahwa relasi saya dengan Tuhan masih sangat perlu diperbaiki, dan harus sejalan dengan membaiknya cara saya berelasi, bertindak, berkata-kata kepada orangtua, istri, dan anak-anak. Itu dulu.

Tuhan yang tak terlihat justru terlihat melalui orang-orang ini, yang dianugerahkan Tuhan untuk hidup saya. Relasi seorang Paulinus Pandiangan dengan Tuhannya adalah persoalan relasinya dengan ayah dan ibunya, kedua saudarinya beserta keluarga mereka, istrinya, anak-anaknya, dan selanjutnya orang-orang lain di sekitar lingkungan dimana Paulinus Pandiangan berada. Inilah area yang menjadi fokus seorang Paulinus Pandiangan dalam membina hubungan yang baik dengan Tuhannya, dan ia tak akan pernah bisa mencapai Tuhan apabila ia tak berusaha menggapai keluarganya melalui sebuah hubungan yang baik, dan hubungan yang baik itu sifatnya mendukung, menghormati, tidak berkata kasar, menguatkan, memotivasi, menumbuhkan semangat dan kegembiraan, membantu, mendoakan.


Teman-teman, orang-orang di sekitarmu, khususnya keluargamu sendiri, adalah orang-orang terbaik yang dianugerahkan Tuhan khusus untukmu. Tentu mereka memiliki sifat-sifat buruk dan kelemahan, tetapi di saat yang sama, di dalam diri mereka juga ada roh Tuhan, roh yang sama yang juga ada padamu. Karena itu cintailah dan hormatilah mereka, karena mereka adalah orang-orang terbaik bagimu. Mereka adalah rahmat itu sendiri.

Di akhir tahun 2021 ini, terimalah permintaan maaf saya. Untuk semua kesalahan saya dalam relasi kita setahun ini, semoga Tuhan senantiasa menuntun kita, mengarahkan kita pada kebaikanNya, karena jalanNyalah yang terbaik.

Semoga relasimu dengan keluarga juga semakin baik di tahun mendatang, karena hanya dengan demikian pula, relasimu dengan Tuhan akan membaik.

Salam,

Paulinus Pandiangan

Meditasi 5 Menit

Meditasi dalam Stoikisme—sebagaimana pernah saya tulis di postingan lain—adalah secara sadar dan fokus memikirkan atau memvisualisasikan sesuatu secara mendalam.

Ilustrasi Kontemplasi

Filsuf Seneca terkenal dengan rutin berkontemplasi di malam hari setelah istrinya tidur. Dia “menjelajahi” sepanjang hari yang telah dijalaninya dalam pikirannya dan menuliskan buah-buah refleksi yang diperolehnya.

LANJUTKAN MEMBACA …

Stoikisme, Personal Work, dan Flow

Setiap menit yang berlalu akan menjadi milik kematian. Tak akan kembali. Inilah kesadaran praktisi Stoikisme terkait waktu; terkait bagaimana seharusnya kita menggunakan hari-hari kehidupan.

Tidak berarti bahwa setiap menit harus digunakan untuk bekerja, atau selalu berfokus pada produktivitas.

Penekanan dalam Stoikisme adalah kesadaran tentang bagaimana waktu kita berlalu (awareness of spent time); tidak membiarkan tanggal demi tanggal di kalender berlalu begitu saja tanpa kita mencoba melakukan sesuatu. “Sesuatu” di sini adalah hal-hal yang bagi kita bernilai, atau menyenangkan, atau yang bisa mengekspresikan diri kita, seperti menulis blog, membuat karya tangan, bermain musik, dan berbagai bentuk kegiatan lainnya.

Singkatnya, a sense of personal work.

Anda dan saya tentu tak selalu sama ketertarikannya. Anda mungkin lebih merasa bisa ‘menemukan’ diri Anda saat mengulik nada di alat musik kesayangan, saya mungkin lebih senang menulis blog atau merekam podcast. Inilah contoh area personal work kita masing-masing.

Ilustrasi Personal Work

Di luar pekerjaan formal kita masing-masing, ada hal-hal spesifik yang selalu membuat kita tertarik untuk menghabiskan waktu melakukannya, dan dengan melakukannya, kita merasa bahwa kita menggunakan waktu kita dengan baik.

Dan hal-hal ini bisa membawa kita pada suatu keadaan yang oleh psikolog Mihaly Csikszentmihalyi disebut sebagai flow.

Anda pasti pernah begitu larut dan menikmati suatu aktivitas sampai-sampai Anda tidak menyadari waktu berlalu, dan Anda pun tidak merasa lelah berlebihan, dan yang menarik, Anda justru merasa senang setelahnya. Keadaan inilah yang dimaksud sebagai flow tadi.

Podcast Audio POLSVOIS: Konsep Flow dan Kesadaran Waktu

Contohnya saja orang yang suka memancing. Dengan sabar ia mulai sejak pagi, lalu tak terasa hari sudah sore, dan walaupun hasil tangkapan sedikit atau bahkan nihil, orangnya merasa senang-senang saja. Orang tersebutlah yang menurut psikolog Csikszentmihalyi telah mengalami flow.

Dan orang yang mengalami flow justru bisa menjadi pengamat (observer) yang baik. Jika waktu diibaratkan dengan roda yang berputar, seseorang yang mengalami flow seolah-olah berada di pusat lingkaran roda, mengamati setiap pergerakan roda. Ia sadar betul bagaimana waktu digunakan dan ia menikmati betul perguliran roda waktu itu.

Di sinilah ada satu titik temu Stoikisme dan psikologi. Ketika Stoikisme mengajarkan untuk menyadari penggunaan waktu (awareness of spent time), psikologi menawarkan flow sebagai cara untuk sungguh menikmati waktu sekaligus menjadi pengamat yang baik.

Seorang teman saya yang juga seorang guru Sains, Wisnu Asmoro, memiliki ketertarikan khusus pada IT. Dia senang mengulik kode HTML dan JavaScript, juga senang dengan troubleshooting jaringan (network). Kegemaran spesifik seperti inilah yang mampu membawa seseorang masuk ke keadaan flow. Selain memperoleh a sense of personal work (citarasa suatu karya pribadi), dia juga memperoleh kesenangan saat melakukannya, dan setelah melakukannya, dia akan merasa bahwa waktunya telah digunakan dengan baik. Ada sesuatu yang bernilai yang telah dilakukannya untuk mengisi waktu.


Kuharap teman-teman yang membaca tulisan ini bisa terinspirasi dan tergerak untuk menemukan bidang karya pribadi (personal work) kalian masing-masing di luar pekerjaan formal.

Itu akan membahagiakan kalian.

Be happy! ❤️🤩🤗

Salam,

Paulinus Pandiangan
Click to listen highlighted text!