Selamat datang di blog Paulinus Pandiangan. Semoga kamu menemukan sesuatu yang berguna.   Click to listen highlighted text! Selamat datang di blog Paulinus Pandiangan. Semoga kamu menemukan sesuatu yang berguna.

The Practice of ‘Contemplatio’

‘Contemplatio’ adalah versi Latin untuk ‘contemplation’, atau berpikir tentang sesuatu secara mendalam. Ini adalah proses introspektif dimana kita secara sadar memilih untuk merefleksikan sesuatu. Berefleksi tentu saja secara alamiah adalah proses yang perlahan. Tidak diburu. Maka ketika kita berkontemplasi, kita masuk ke dalam ‘slow mode‘.

And that is where the magic starts to happen.

Kontemplasi itu sebenarnya apa?

Kontemplasi adalah upaya untuk tetap memiliki ‘kejernihan batin’ di tengah hiruk-pikuk kehidupan. Ini hanya akan terjadi apabila kita ‘menepikan’ segala gangguan, setidaknya untuk sementara, dan ‘melarutkan’ diri dalam refleksi. Dalam kontemplasi kita justru ‘bergulat’ dengan isi pikiran, perasaan, atau hal tertentu yang tengah menarik perhatian. Kontemplasi adalah proses introspektif yang dilakukan dengan tenang dan cermat untuk memperoleh pemahaman yang utuh akan berbagai ide atau hal yang menarik bagi kita.

Apa saja manfaatnya?
  • Pertama, kejernihan pikiran. Ibarat merapikan meja yang penuh dengan lembaran berkas, kontemplasi adalah ‘merapikan pikiran’ dan membantu kita ‘melihat’ berbagai hal dengan ‘jernih’.
  • Kedua, tentu akan mempengaruhi emosi kita. Saya pernah membaca bahwa isi pikiran mempengaruhi emosi, dan sebaliknya, emosi menimbulkan pikiran-pikiran baru. Merefleksikan emosi sangat berpotensi membantu kita dalam memahami dan selanjutnya mengendalikannya. Emotional regulation.
  • Meningkatkan kreatifitas. Berpikir secara mendalam akan memungkinkan kita mengeksplorasi ide-ide dan konsep secara terperinci. Ini seringkali membukakan pikiran kita akan hal-hal baru yang barangkali tidak disadari sebelumnya.
  • Menjadi lebih sadar diri. Kontemplasi akan membuat kita semakin mengenal siapa kita sebenarnya. Dengan mengenal diri secara baik, kita selalu akan tahu apa yang harus dilakukan. Pribadi kita akan bertumbuh.
Lalu bagaimana mempraktikkannya?

Berikut cara-cara yang dapat dilakukan untuk berkontemplasi:

Pertama, temukan tempat yang hening. Tempat seperti ruangan yang hening, taman, atau tempat lain dimana kita bisa merasa damai.

Kedua, sediakan waktu. Tidak ada standar waktu untuk kontemplasi. Apabila 15 sampai 20 menit dirasa cukup, maka menyisihkan waktu 20 menit setiap hari rasanya tidak sulit. Di luar hari kerja biasa, saya pun sering menggunakan hari Minggu untuk memikirkan sesuatu yang menarik.

Ketiga, menentukan fokus. Apa yang ingin saya refleksikan tentu akan berbeda dengan orang lain. Setiap orang bisa mengkontemplasikan berbagai hal yang penting bagi mereka, misalnya persoalan hidup, sebuah kalimat menarik dari buku, pertanyaan filosofis, atau perasaan masing-masing.

Keempat, merilekskan diri. Kontemplasi tidak akan terjadi dalam suasana tegang. Maka kita harus membiarkan diri untuk rileks dan bernafas dengan tempo yang tenang. Seperti yang saya sampaikan di awal, kita beroperasi dalam ‘slow mode‘.

Kelima, amati isi pikiran dan refleksikan. Biarkan pikiran-pikiran itu mengalir secara alami. Amati tanpa menghakimi. Refleksikan mengapa pikiran-pikiran itu muncul dan apa artinya bagi kita secara pribadi.

Keenam, tuliskan. Saat kita menulis hasil refleksi, kita ‘mengkristalkan’ hasil refleksi itu. Pada akhirnya praktik menuliskan buah refleksi akan memperkuat pemahaman kita akan diri kita sendiri. It’s pretty much like self-auditing our thoughts and feelings.

Ketujuh, membuat dialog dengan diri sendiri. Kita bisa mengajukan pertanyaan reflektif seperti, “Mengapa saya merasakan emosi ini?” atau “Apa yang bisa saya pelajari dari hal atau pengalaman ini?”

Terakhir, bersabarlah dengan diri sendiri. Pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan pada diri sendiri seringkali tidak langsung terjawab. Tujuan kontemplasi bukanlah untuk menemukan jawaban saat itu juga. Berikan waktu pada pikiran kita untuk berproses.

Teknik kontemplasi juga ada macam-macam. Ada kontemplasi di alam terbuka dimana orang mereflesikan keindahan dan kompleksitas alam sekitar. Ada juga kontemplasi musik dan seni, dimana orang berusaha menggabungkan unsur-unsur seni dan musik dalam kontemplasinya untuk bisa merefleksikan emosi mereka dengan sepenuhnya. Juga ada kontemplasi religius, dimana orang merefleksikan isi kitab suci dan ajaran-ajaran spiritual. Dan ada pula kontemplasi filosofis, dimana orang ‘bergumul’ dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang esensi hidup dan arti menjadi manusia, misalnya.

Hakikat kontemplasi dilakukan adalah agar kita memperoleh kejelasan arah hidup, membuat kita lebih memahami emosi dan lebih terampil mengendalikannya, dan pada akhirnya agar kita semakin bertumbuh, baik secara mental maupun spiritual. 🌻

"Contemplation is the highest expression of man’s intellectual and spiritual life. It is that life itself, fully awake, fully active, fully aware that it is alive.”Thomas Merton

Some Life Lessons

People change over time. They do. What is important to you today may not be that important five or ten years from now, which begs the question, “At the end of the day, what is the most important thing in life?”

The following few ideas might shed some light on the question:

One: good and genuine relationships. Many people become depressed due to feeling disconnected and not having a sense of deep relationship with something bigger than themselves.

Two: keep learning things. There is always something to learn. Try out new things and keep learning. Never let your age stop you from learning. You can always be a beginner at any age.

Three: Don’t chase happiness. Emotions come and go, and every single emotion is valid. Focus on doing the right thing.

Four: Don’t care too much about what people say. Remember that most of the time, we’re not that important in their eyes. After all, we’re going to become more invisible as we age.

Five: Be kind. Being kind has nothing to do with how others perceive you or behave towards you. You’re kind because you know it’s the right thing to do.

Six: Maintain your health, both mentally and physically. You are the one most responsible for this.

There is one more thing…

Do you remember the last time you were happiest? That’s actually when you’re least aware of yourself, right?

When you were really absorbed in doing something, you lost track of time. You really enjoyed doing it. Psychologist Mihaly Csikszentmihalyi called it the ‘flow state,’ and if we press it further, the ‘flow state’ requires you to be “non-self-centered.”

Saint Augustine, a Catholic theologian and philosopher, used to say “curvatus in se,” meaning when you are too self-centered, curved inward on yourself, that is when you are miserable. That’s why the most unhappy people are the ones who embrace a lifestyle that is all about them. It’s all me, me, and me.

"We are put on earth a little space to grow, to learn, and then to give back to the world." — Mary Engelbreit

Kontemplasi, Kebiasaan Unik Para Tokoh Hebat

Satu sisi unik dari kebanyakan tokoh-tokoh hebat yang tidak banyak disebutkan dalam publikasi mengenai diri mereka adalah kontemplatif. Most of them, if not all, are involved in deep prayer and contemplation on a daily basis. Mereka memiliki kualitas untuk terhubung sangat erat dengan Tuhan; dan banyak dari antara mereka yang (bahkan) menghabiskan waktu berjam-jam berkontemplasi!

Sebut saja misalnya Albert Einstein, yang barangkali tidak secara umum dikenal sebagai orang yang religius, tetapi dalam berbagai kesempatan selalu mengungkapkan rasa takjub akan alam semesta dan sangat suka berefleksi tentang Sang Ilahi. Contoh lain misalnya Blaise Pascal, filsuf sekaligus ilmuwan Prancis yang sangat terkenal itu. Bahkan tulisannya yang sangat terkenal, “Pensées,” sebenarnya berisi hasil refleksi dan pengalaman religiusnya terkait iman dan ilmu pengetahuan. Lalu ada Bunda Teresa dari India, yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam berdoa sambil merenungkan kitab suci, atau Santa Teresa dari Ávila, Spanyol, yang sangat suka berdoa dan dikenal sangat lembut tetapi sangat disiplin dalam menjaga rutinitasnya untuk berdoa. Pemikiran-pemikirannya yang dituangkan dalam bukunya yang terkenal itu, “The Interior Castle” dinilai berkontribusi sangat positif memperkaya iman Katolik. Dan masih panjang deretan orang-orang hebat lainnya, seperti Gregor Mendel, imam Katolik pencetus ilmu genetika, Georges Lemaître, pencetus teori Big Bang, Athanasius Kircher, imam Jesuit yang dikenal memberi banyak sumbangan pemikiran tentang magnetisme, Roger Bacon, yang mengembangkan metode saintifik dan menyumbangkan banyak pemikiran tentang optik, dan seterusnya…

Sekilas berkontemplasi ini tampak seperti sebuah aktivitas pasif, dimana tidak ada pencapaian nyata yang bisa dilihat dan diukur menurut metriks produktivitas. Akan tetapi pada hakikatnya kontemplasi menunjukkan keaktifan untuk menerima Tuhan, membiarkan Tuhan berbicara dan berkarya melalui diri. To let God be God. Inilah sebuah kekuatan yang tidak banyak orang yang menyadarinya; dan inilah yang membedakan orang-orang besar dengan orang-orang biasa seperti kita-kita ini, hahaha… 😂

So, in regard to that, I would say that your greatness is not so much about your intelligence and practical abilities. Of course, those are important too, but the most important thing is actually your willingness to let God work through you. It’s through your humility that you allow yourself to be a channel for God’s work.

And it’s only possible if you put yourself in deep prayer and contemplation, as those great folks in history have proven time and again. After all, He is the only true source of all greatness, right? 😉

☘️ ☘️ ☘️

Living an Intentional Life

INTENTIONAL. I’ve seen this word a few times in the articles I’ve read, and I’m inspired to write something about it. Hence, this post.

So, when someone says that they want to live the day intentionally, what do they actually mean?

Generally, living intentionally means making conscious choices that align with your values and goals. It involves being mindful of your actions and decisions, not simply reacting to circumstances. This approach encourages you to set clear intentions, prioritize what truly matters to you, and take deliberate steps towards achieving a fulfilling and purposeful life.

What a beautiful definition!

Here are some practical ways to live an intentional day:

Start with a Morning Routine: Begin your day with activities that set a positive tone, like meditation, journaling, or a simple stretch. Starting the day mindfully and going at a slow pace is vital. This practice will affect the entire day, speaking from my personal experience.

Set Daily Intentions: Take a few minutes to decide what you want to focus on for the day. This could be specific tasks or a mindset, like being patient or kind.

Prioritize Your Tasks: Make a list of what needs to be done and tackle the most important things first. This helps you stay focused on what truly matters. For instance, I always try to read at least one English article online daily as soon as I get to the workplace before starting my duties.

Take Mindful Breaks: Throughout the day, take short breaks to breathe deeply, stretch, or just step outside. This helps keep you grounded and present. You don’t have to do anything productive during this break.

Limit Distractions: Identify what tends to distract you and find ways to minimize those interruptions. This could mean setting your phone to DND (Do Not Disturb) or finding a quiet workspace.

Practice Gratitude: Reflect on what you’re grateful for, either by writing it down or simply thinking about it. This can shift your mindset and bring more positivity into your day.

Engage in Meaningful Activities: Spend time on activities that bring you joy and fulfillment, whether it’s a hobby, exercise, or connecting with loved ones.

Reflect in the Evening: Before bed, take a moment to review your day. Consider what went well, what you could improve, and set intentions for tomorrow.

☘️ ☘️ ☘️

Living intentionally doesn’t have to be complicated—it’s about making small, thoughtful choices that add up to a more purposeful and satisfying life.

The list above is designed to help you establish a cycle—something you can repeat the next day, adjust when necessary, and craft a ‘system’ that works specifically for you.

Cara Melihat Orang Positif

Saya senang memperhatikan orang lain ketika mereka berinteraksi. Observing people is one of my things. Dari pengamatan saya, kiranya saya mempunyai beberapa indikasi praktis yang bisa diperhatikan dari orang lain saat mereka berinteraksi untuk mengetahui seberapa positif mereka. Tentu saja indikasi-indikasi ini bukan ukuran pasti, tetapi lebih menunjukkan kecenderungan; apakah ia lebih positif atau sebaliknya.

Berikut 5 indikasi praktis yang bisa diamati saat kita berinteraksi dengan orang lain:

Pertama, perhatikan bagaimana dia menyapa orang lain. Orang yang positif akan menunjukkan rasa hormat yang tidak dibuat-buat ketika ia menyapa. Pancaran mata dan sikap yang natural akan menunjukkan apakah seseorang sungguh menghormati orang yang ia sapa.

Kedua, isi pembicaraannya. Kecenderungan membicarakan urusan pribadi orang lain (gossiping) jelas-jelas menunjukkan bahwa orang tersebut cenderung tidak positif. Orang positif akan cenderung membicarakan gagasan-gagasan yang baginya menarik.

Ketiga, tidak mendominasi pembicaraan. Dengan rendah hati ia akan memberikan ruang (space) seluas-luasnya kepada orang lain untuk berbicara, dan ia akan dengan cermat memperhatikan. Memberikan “undivided attention” juga adalah penanda khas orang-orang positif.

Keempat, perilaku sopan. Akan sangat alami terdengar dari bibir mereka kata-kata seperti “terimakasih” , “maaf” , “permisi” , dan “tolong” . Mereka sangat memahami bahwa kata-kata ini memiliki daya untuk mengubah suasana pembicaraan menjadi lebih konstruktif dan ‘berbuah’.

Kelima, tidak merendahkan orang lain, baik dari perkataan maupun dari sikap fisik. Ada orang yang dari tatapannya saja terkesan merendahkan orang lain (condescending gaze), dan itu akan terbaca lawan bicara. Dampaknya adalah interaksi menjadi tidak nyaman dan pasti tidak menyenangkan.

☘️ ☘️ ☘️

Intinya adalah bahwa orang positif benar-benar menghormati orang lain, dan sikap hormat ini sudah menjadi bagian dari karakter mereka karena acap dilatih.

Kamu setuju dengan kelima indikasi ini? 😘

Menikmati Hari Ini

Bagaimana menikmati hari ini dengan cara-cara yang mudah dan sederhana?

Ini sebuah pertanyaan penting yang, bisa saja luput dari perhatian kita, apabila kita ‘terjebak’ dalam rutinitas sehari-hari. Ada tuntutan pekerjaan yang harus dituntaskan, misalnya, yang menyerap perhatian kita, sehingga membuat kita lupa untuk sedikit menikmati anugerah kehidupan ini. Dunia bergerak cepat, dan banyak hal yang bisa merampas waktu dan perhatian kita, apabila kita tidak benar-benar berkesadaran tentang apa yang sebenarnya mendasar dan penting.

Triknya ternyata terletak pada memberi perhatian pada hal-hal kecil, pada pilihan-pilihan praktis yang bisa diambil. Menikmati anugerah kehidupan adalah perihal menemukan kegembiraan dalam hal-hal sederhana yang seringkali terabaikan, seperti sejenak membiarkan diri menikmati sinar matahari, mendengarkan musik kesukaan, atau bahkan sekedar membiarkan diri untuk sesaat tidak melakukan apa pun yang produktif.

Dan berikut beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan semua orang:

  1. Awali dengan bersyukur

Cara paling sederhana untuk ‘menyuntikkan’ atmosfer positif dalam hidup kita adalah dengan bersyukur. Segera setelah bangun tidur, kita bisa bersyukur atas kesehatan, atas kasur yang nyaman yang membantu kita terlelap sepanjang malam, atas udara segar yang masih bisa kita hirup. Praktik sederhana seperti ini (barangkali) tidak akan terlihat signifikan saat kita melakukannya, akan tetapi secara kumulatif ini akan berdampak: membantu kita berfokus pada apa yang sudah ada, dan bukan pada apa yang masih kurang.

  1. Nikmati ritual pagimu

Kita bisa bangun lebih awal secara teratur agar kita tidak terburu-buru mengerjakan rutinitas pagi. Terkadang memang kita tidak selalu bisa bangun pagi tepat waktu, karena barangkali malam harinya kita tidur lebih telat dari biasanya, atau bisa saja cuaca mempengaruhi kita untuk merebahkan diri sedikit lebih lama. Tetapi apa pun kondisinya, kita bisa mencoba untuk tetap tenang di awal hari, agar bisa sungguh-sungguh menikmati awal hari yang baru. Menikmati kopi dan sarapan pagi dengan terburu-buru tentu sangat tidak menyenangkan. Maka perlu kita mengkondisikan diri agar momen-momen kecil namun berharga seperti ini tidak terlewatkan begitu saja. Spend a few extra minutes in these things.

  1. Cobalah bergerak

Aktivitas fisik telah terbukti sangat berdampak memperbaiki mood kita. Ada penelitian yang telah membuktikan ini. Maka menyediakan waktu untuk bergerak, sesederhana berjalan kaki sekurang-kurangnya 15 menit dalam sehari, atau melakukan kegiatan olahraga yang kita suka, akan secara signifikan memperbaiki mood dan level energi kita. Juga, kegiatan fisik seperti ini bisa menjadi semacam ‘mental break‘ dari rutinitas.

  1. Terhubung dengan orang lain

Hubungan antar manusia sangat vital dalam menunjang kebahagiaan kita. Penelitian 80 tahunan lebih yang dilakukan universitas Harvard telah membuktikan bahwa prediktor kebahagiaan seseorang tidak terletak pada status sosial, kekayaan, atau popularitas, tetapi pada kualitas relasi yang dimiliki orang tersebut dengan orang-orang lain di sekitarnya.

  1. Lakukan hobimu

Sisihkan waktu setiap hari untuk mengerjakan hal yang menyenangkan bagi kita, entah itu membaca novel, mengurus taman, melukis, atau memainkan alat musik. Mengerjakan hal yang menyenangkan biasanya bisa membuat kita lupa waktu sejenak, dan ini akan menyegarkan otak kita juga, sehingga kondisi mental kita akan lebih siap untuk menjalankan tanggung jawab kita, entah itu terkait pekerjaan atau sekolah.

  1. Mempraktikkan mindfulness

Mindfulness adalah seni untuk berkesadaran. Ini bisa dilakukan dengan meditasi atau latihan pernafasan, atau sekedar memberikan sedikit waktu untuk mengamati sekeliling kita. Kita berusaha untuk benar-benar sadar saat ini, apa pun yang sedang kita alami dan lakukan. Penelitian pun telah memvalidasi bahwa praktik ini membantu mengurangi stress dan meningkatkan kepuasan hidup. Praktik ini juga membantu kita untuk hidup lebih lambat dan bisa lebih mengapresiasi hal-hal indah dan baik dalam hidup.

  1. Lakukan refleksi positif

Saya menyadari bahwa sebagai seorang introvert dengan tipe INFJ-A, kecenderungan untuk pesimis lebih besar daripada optimis. Terkadang setelah membaca fakta-fakta di sekitar, saya biasanya cenderung menjadi pesimis. Tetapi berupaya untuk melihat hal-hal baik dalam hidup tentu juga penting, dan saya menyadari bahwa saya pun harus berupaya ‘mengimbangi’ kecenderungan untuk pesimis dengan ‘menyuplai’ otak saya dengan hal-hal positif, sekecil dan sesederhana apa pun itu.

Ada orang yang suka melakukan ini dengan menjurnal. Ada juga yang lebih suka mengingat-ingat sesaat sebelum tidur. Intinya adalah mencoba menyadari bahwa walaupun hidup penuh dengan hal-hal yang di luar harapan, atau tidak menyenangkan, tetap ada hal-hal baik yang sangat pantas disyukuri. Dalam jangka panjang ini akan membantu kita juga untuk lebih berpengharapan dalam hidup. Kita bisa lebih positif menatap masa depan, walaupun tentu saja masa depan penuh ketidakpastian.

Rasanya kalau kita bisa menerapkan hal-hal sederhana ini dalam hidup, kita bisa mengalami sebuah kehidupan yang lebih bermakna. Kita perlu menyadari bahwa sukacita seringkali ditemukan bukan dalam hal-hal besar dan fantastis, tetapi justru dalam momen-momen kecil yang terselip dalam perjalanan kehidupan setiap hari. Semuanya tergantung kepada kita apakah kita bisa mengapreasiasi hal-hal kecil ini untuk akhirnya menjadi landasan kebahagiaan kita.

Mari kita menghargai saat ini. Hari ini. Mari membuat hari ini menyenangkan, walau banyak tantangan. Tersenyumlah. 😊 🌷

Tersadar oleh Kefanaan

Pagi ini ketika berdoa sebelum berangkat bekerja, terlintas di pikiranku tentang kefanaan hidup ini; bahwa suatu saat aku pun akan tiada. Keluargaku akan kehilanganku, dan hidupku akan segera menjadi kenangan. Akan ada hari dimana itu akan menjadi hari terakhirku, dan entah bagaimana caranya aku pergi aku tak tahu. Kematian adalah misteri Ilahi.

Membayangkan itu aku terdiam sesaat, menyadari bahwa banyak waktu selama ini yang ternyata kupakai untuk hal-hal tak (begitu) penting, dan aku selalu mengira bahwa aku selalu punya waktu. Lalu aku teringat pada kata-kata bijak yang pernah kubaca dan bernada, “We think we still have time…”. Seusai berdoa aku bergegas mencari quote itu di Google, dan ini yang kutemukan:

Dan ada satu lagi, yang ini ⤵️ :

Aku sangat setuju pada keduanya. Keduanya adalah hasil refleksi mendalam atas kefanaan kita sebagai manusia yang “diberi kesempatan untuk hidup” di dunia ini. Pagi ini saya menyadari bahwa, memang benar, kita sering mengira bahwa kita masih punya (banyak) waktudan karena itu kita sering menyia-nyiakannyaketika ternyata, waktu kita bisa sirna kapan saja. Kematian bisa datang kapan saja, dan hitungan ‘jatah hari kita’, pada dasarnya, semakin hari semakin menipis. There isn’t much time left.

Maka, kerjakanlah apa yang ingin kaukerjakan dalam hidupmu selama kesempatan ini masih ada. Inilah yang terlintas di benakku setelah kesadaran akan kefanaan itu menghampiri. Tulislah semua hal yang ingin kau tulis, ungkapkanlah semua kata-kata baik yang harus kau ucapkan, berbicaralah dengan orang-orang selagi engkau punya waktu, dan muliakanlah Tuhan dengan hidupmu selama nafas masih ada dalam tubuh ini. Ungkapkan rasa cintamu kepada orang-orang terdekat, syukuri semua hal baik yang terjadi dalam hidup, entah besar atau kecil. Tertawalah dengan lepas ketika bisa, berbagi rezekilah kepada keluarga dan orang-orang yang dekat di hatimu. Carpe diem. Remember, there aren’t many days left…

Karena akan ada masanya, bahwa kau tak akan mampu melakukannya lagi…

Ingatlah kematianmu. Memento mori. ☘️❤️

Dump It and Start Fresh

I have something to confess…

Oftentimes, I spout ideas without really examining their significance or importance. I consider those ideas to matter, only to find out later in life that they hold little value.

Well, I am confident enough to say that I am not alone in this.

If it sounds familiar to you, then occasionally dumping your ideas may not be so bad, right?

Generally speaking, we are all biased. We are affected, to varying degrees, by endowment effect and confirmation bias, to name a few. We assume that our ideas are more significant than others’just because they’re oursand we rarely challenge ourselves to see things from a different angle, if it seems to contradict our pre-established beliefs. We are consumed by our egos. So much so that we are prone to clouded judgment about things. We don’t always see things as they are; instead, we interact with our conceptions about them, with the ‘models’ we’ve developed in our minds.

In short, we become slaves to our ego.

The antidote? Be aware of the cognitive biases. Know that you don’t have to work on every single idea that crosses your mind. Sometimes it’s liberating and healthy to simply let them go. Be mindful about the few ideas that are important in life. You definitely need to prioritize investing your time in essential things like maintaining relationships, but you can let go of other things that don’t add value to your life. I mean, if we’re honest with ourselves, we waste a significant amount of our time on non-essential things daily! I am not saying that we must be productive at all times. Studies even suggest that allocating a certain amount of time to not doing anything (it’s called niksen in Dutch), being free from agenda, is actually benefiting our overall well-being in the long run. What I’m trying to say instead is about being aware of our attachments to our own ideas, and be decisive to dump some, if not most of them, sometimes. The idea is to create more ‘space’ for good things. It boils down to focusing on a few things that truly matter.

It would lead us to becoming individuals who truly ‘see’ things from a fresh perspective. It’s about opening ourselves to the possibility of growth.

Does it sound intriguing to you? 😉

Belajar Berfokus pada Hari Ini

Kita memiliki hasrat dalam hidup untuk selalu memiliki kendali. Kita ingin agar rencana-rencana kita berjalan baik, dan dengan rencana itu, kita berharap memperoleh sukses yang akan membuat kita bahagia.

Tetapi realitas kehidupan tidak (selalu) mengikuti pola seperti itu. Ada-ada saja hal yang terjadi di luar kendali kita, dan ketika kita merasa tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi, kita merasa tak berdaya.

Dan lalu kita merasa tidak nyaman, lalu cemas pun menghampiri. Inilah mekanisme alami tubuh kita saat ketidaknyamanan menghampiri. Akan tetapi, kita harus menyadari keadaan cemas tetap bisa direduksi dengan beberapa tindakan praktis berikut:

Pertama, menanamkan mindset realistis. Ekspektasi adalah sesuatu yang sebenarnya bisa kita kendalikan. Ketika ekspektasi kita terlalu tinggi, akan sangat mudah untuk jatuh pada ketidaknyamanan saat apa yang kita harapkan tidak benar-benar terjadi. Kita perlu memahami bahwa hidup memang penuh dengan kejutan-kejutan menyenangkan, akan tetapi juga banyak pergumulan. Life is not all roses and unicorns. Persoalan akan selalu datang, tetapi kita memiliki kendali atas bagaimana kita menyikapinya; apakah kita mengizinkan persoalan itu mempengaruhi kesehatan mental kita atau tidak.

Apabila kita hanya mengharapkan hasil yang baik setiap saat, tentu akan sangat mudah untuk tidak puas dan cemas. Kegagalan dan persoalan akan lebih mudah dihadapi apabila kita mengenakan ‘kacamata’ yang lebih realistis. Tetap berupaya untuk bersikap positif, tetapi di saat yang sama tetap menyadari bahwa tidak semuanya akan berjalan sebagaimana yang kita harapkan.

Kedua, tidak terlalu berfokus pada tujuan jangka panjang. Kita senang membuat tujuan-tujuan untuk jangka panjang, dan kita membayangkan bahwa di masa depan akan banyak manfaat yang kita rasakan. Tentu itu hal yang lumrah juga. Tetapi akan baik bagi kita apabila kita menyadari bahwa besar kemungkinan rencana-rencana kita di masa depan akan berubah, karena kondisi kita dari hari ke hari akan berubah pula. Prioritas kita juga akan berubah dari waktu ke waktu karena situasi hidup kita juga berubah.

"Live today. Not yesterday. Not tomorrow. Just today. Inhabit your moments."Jerry Spinelli

Apabila kita terlalu berfokus pada rencana jangka panjang, kita kehilangan kesempatan untuk menikmati ‘saat ini’, karena kita terlalu ‘larut bergumul dengan skenario di masa depan’ yang belum tentu akan terjadi.

Maka perlu untuk selalu mengingatkan diri dengan pertanyaan sederhana ini,

“Pilihan bijak apa yang kiranya bisa kulakukan hari ini?”

Dengan kembali ke ‘rel kehidupan saat ini’, kita mengurangi kecemasan akan apa yang mungkin terjadi di masa depan, dan kita lebih bisa menyadari hal-hal baik yang layak disyukuri hari ini.

Bagaimana bentuk nyata dari berfokus di hari ini?

Ketimbang berpikir terlalu jauh ke depan, kita bisa menikmati hal-hal baik, sekecil apa pun itu, hari ini. Kendalikan kecenderungan diri untuk selalu membuat aneka skenario dalam pikiran. Tidak perlu terlalu banyak berpikir tentang hal-hal yang (justru) menambah kerumitan hidup kita. Sometimes, thinking less is liberating!

Bagaimana menurutmu? 😉

10 Fun Ways to Paint Your World

The daily grind can leave us feeling uninspired, with the same routine thoughts on repeat. As a result, we find our thoughts stuck in black and white. But here’s the catch. We can actually change this. The following are 10 vibrant ways to add a splash of color to your mental landscape, making each day a little more interesting.

  1. Sensory Adventures: Our senses are powerful gateways to new experiences. Take a walk in nature, focusing on the textures you feel, the sounds you hear, and the vibrant colors around you. Savor a delicious meal, paying attention to the different flavors and aromas. The idea is to engage your senses fully, and watch your thoughts come alive!
  2. Embrace the Power of Play: Remember the joy of coloring as a child? We can still do that! Dedicate time to coloring books, doodling, or even finger painting. Let go of expectations and simply enjoy the process. Play some upbeat music, light a scented candle, if necessary, and create a fun atmosphere to ignite your creativity.
  3. The Soundtrack of Your Day: Music has a profound effect on our mood. Start your day with an energizing playlist to get your creative juices flowing. Throughout the day, curate different soundtracks for different tasks. Upbeat music for chores, calming melodies for focus work, and something inspiring for creative ventures.
  4. Flip the Script: Challenge your usual way of thinking. Approach familiar tasks from a different angle. Try a new recipe with unusual ingredients, walk your usual route in the opposite direction, or even write with your non-dominant hand (I am not good at this, by the way). These little disruptions can spark new ideas and perspectives.
  5. Spark Curiosity: There’s a world of fascinating information waiting to be discovered. Pick a topic that piques your interest, however random it may seem, and delve into it. Learn about the history of buttons, the science of dreams, or the different types of clouds. Feed your curiosity, and your thoughts will be bursting with new colors.
  6. Embrace the Unexpected: Sometimes, the most interesting experiences come from unplanned detours. Take a spontaneous walk down an unfamiliar street, strike up a conversation with someone new, or say yes to an unexpected invitation. Embrace the thrill of the unknown and see where it leads you.
  7. Write Your Own Story: Journaling is a fantastic way to explore your thoughts and feelings. Write down your dreams, anxieties, or even fictional stories. Write in different formats – poetry, free verse, even a dialogue between you and your future self. Let your imagination run wild and see what stories emerge.
  8. The Power of Gratitude: Focusing on the good things in life adds a natural brightness to your day. Start a gratitude journal and take a few minutes each day to write down what you’re thankful for. Appreciating the little things can shift your perspective and color your thoughts in positive light.
  9. Create a Vision Board: Don’t just dream it, visualize it! Create a vision board filled with images, quotes, and words that represent your goals and aspirations. Surrounding yourself with these visuals will inspire you and keep your thoughts focused on achieving your colorful dreams.
  10. Share Your Spark: The most vibrant colors shine brighter when shared with others. Teach a friend a new skill, host a creative game night, or even start a blog to share your colorful ideas with the world. When you share your passions with others, you not only inspire yourself but also color the world around you.

Remember, coloring your thoughts is more like a journey, not a destination. Experiment a lot, try to have fun, and embrace the joy of living a life bursting with color!

Click to listen highlighted text!