Selamat datang di blog Paulinus Pandiangan. Semoga kamu menemukan sesuatu yang berguna.   Click to listen highlighted text! Selamat datang di blog Paulinus Pandiangan. Semoga kamu menemukan sesuatu yang berguna.

The Happiness Paradox

Deep down, all of us want to be happy. It’s a truism. In fact, this fundamental desire is what drives our actions on a daily basis. By nature, we’re going to choose the most probable pathways leading to happiness. But the more we focus on happiness, the less happy we’ll actually be.

That’s the happiness paradox.

Turns out that constantly chasing happiness is a perfect recipe for unhappiness. Chasing joy can leave us empty, especially if we’re involved in the comparison game and material world blues. Comparing the worst of what we know about ourselves to the best assumptions we make about others is a total downer. Equating happiness with material possessions is no less damaging, as stuff only brings temporary joy. Trying to be happy is, by definition, a trap.

Suffice it to say that true happiness comes from deeper things.

Having said that, the following are some real actions we can take to provide a conducive environment for happiness:

Practice mindfulness. Peace lives in the present, so it’s imperative to understand that when one is not at peace, they are either living in the past or in the future. Being mindful means that you are living in the moment, accepting all emotions free of judgment. This attitude alleviates our tendency to be anxious over things beyond our control. Savor the good moments you have right now, and don’t get caught up in the never-ending pursuit of ‘what if.’

Cultivate gratitude. Noticing and appreciating the good things in life, big or small, has the potential to shift our perspective and increase our overall satisfaction. The practice of ‘taking in goodness’ into our mental radar enables us to balance out the negative thoughts popping up in our minds. There is a saying in Latin, ‘Mens grata, vita beata,’ which translates to ‘a grateful mind, a happy life.’ It beautifully captures the essence of how gratitude leads to happiness.

Invest in genuine relationships. The longest study at Harvard University has proven that good relationships nurture us. At the end of the day, happiness is not so much about social status, popularity, or money; it’s more about the quality of our relationships. There’s magic in human connections.

Engage in meaningful activities. These activities can be hobbies, volunteering, or even career-related work. Enjoying what you’re doing has been found to be strongly positive for human psychology, as it leads to a ‘flow’ state.

Accept imperfection. It’s okay to have low days. Life is more like a wave—sometimes we experience good days when everything seems to run smoothly, and other times we encounter problems here and there. Despite that, life is still worth living. To be fully human, we need to experience the full range of emotions, from the least pleasant to the most pleasing ones. Maintain a sense of self-control and resist the temptation to constantly self-criticize.

All in all, joy often comes as a byproduct of living a meaningful and engaged life, rather than from the direct pursuit of happiness itself. Let go of the notion of control and the pressure to be happy. Instead, focus on experiences, relationships, and activities that bring genuine fulfillment, and you’ll find that happiness arrives in its own time and on its own terms.

🤗

Joy Is in the Effort

"The reward of a thing well done is to have done it."Ralph Waldo Emerson

Rasanya cukup valid mengatakan bahwa sukacita bisa dirasakan saat kita berupaya mencapai suatu tujuan. Saat bergelut dalam usaha, proses belajar dan peningkatan kualitas diri juga terjadi secara simultan, dan proses mencapai tujuan seringkali lebih menyenangkan dibandingkan tujuannya sendiri. Tidak sedikit orang yang menemukan kepuasan saat berproses mencapai tujuan, saat mengatasi tantangan, dan saat mereka merasa ada kemajuan dalam upayanya. Pengalaman yang diperoleh saat berjuang, seringkali, menjadi imbalan berharga dari upaya itu sendiri.

Tentu saja upaya tidak selalu terasa menyenangkan.

Ada campur aduk rasa saat kita memperjuangkan suatu tujuan: senang, berdebar-debar, kecewa, sedih hampir putus asa, lalu optimis lagi karena ada sedikit harapan, termotivasi dan berusaha bangkit, dan akhirnya ada kepuasan. Saat-saat berjuang seringkali menjadi kenangan manis yang begitu melekat di ingatan kita setelah berhasil melaluinya; dan ketika sampai di titik itu, kita telah bertumbuh menjadi seseorang yang baru. Kita belajar dari pengalaman hidup. Wawasan kita berkembang, dan kita memahami hidup secara lebih mendalam.

Hal ini pun telah dipelajari secara akademis. Berikut beberapa hasil penelitian yang mendukung klaim bahwa kesenangan dan kepuasan diperoleh dari usaha mencapai tujuan:

Teori “Flow” Csikszentmihalyi

Mihaly Csikszentmihalyi adalah psikolog yang memperkenalkan konsep “flow” dalam bukunya berjudul “Flow: The Psychology of Optimal Experience.” ‘Flow’ adalah suatu keadaan dimana kita benar-benar ‘terlarut’ dalam kenikmatan melakukan sebuah aktivitas. Dalam keadaan ini, orang merasa tertantang untuk mengeluarkan keahlian mereka, membuat orang benar-benar berkonsentrasi hingga tidak menyadari berjalannya waktu.

Teori Determinasi Diri

Peneliti Edward Deci dan Richard Ryan mengembangkan teori determinasi diri, “Self-Determination Theory. ” Teori ini menekankan pentingnya motivasi dari dalam diri untuk bertumbuh. Menurut teori ini seseorang akan merasakan kepuasan optimal saat terlibat dalam aktivitas yang bagi mereka terasa menyenangkan, walaupun aktivitas itu membutuhkan kerja keras. Proses mencapai tujuan dan mengatasi tantangan bisa memberikan kepuasan sendiri.

Penelitian Steger, Kashdan, dan Oishi

Sebuah penelitian di tahun 2008 menemukan bahwa keterlibatan dalam aktivitas yang membutuhkan upaya dan berkontribusi nyata pada pengembangan diri dan kesejahteraan batin sangat berkaitan dengan tingkat kepuasan hidup yang tinggi. Upaya yang dilakukan dalam kegiatan yang bermakna menjadi kontributor rasa puas yang dialami.

Penelitian Fishbach and Choi Tahun 2012

Dalam penelitian ini, Ayelet Fishbach dan Jinhee Choi menemukan bahwa kebanyakan individu menemukan kepuasan tertinggi saat mengejar tujuan, bukan saat telah mencapainya. Proses bekerja mencapai tujuan, terutama apabila orang bekerja sesuai dengan minat mereka, akan dinilai sebagai sesuatu yang sangat bermanfaat secara intrinsik.

Penelitian Angela Duckworth

Penelitian Angela Duckworth tentang kegigihan, yang ditulisnya dengan lengkap di buku “Grit: The Power of Passion and Perseverance,” menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka panjang sangat berperan dalam menimbulkan kepuasan dan, tentu saja, kesuksesan. Upaya yang dilakukan dengan semangat yang tak kunjung padam secara terus menerus adalah komponen kunci dalam menemukan kegembiraan dan hasil yang benar-benar berarti.

Hasil penelitian dan teori-teori yang dikembangkan ini semuanya menguatkan klaim bahwa usaha yang dilakukan secara konsisten dalam mencapai tujuan menjadi sumber kepuasan dan kegembiraan yang dirasakan. Pada akhirnya, tak ada hasil dan kepuasan tanpa usaha yang besar, “Nil sine magno labore.”

Joy is in the effort. 😉

Menikmati Hari Ini

Bagaimana menikmati hari ini dengan cara-cara yang mudah dan sederhana?

Ini sebuah pertanyaan penting yang, bisa saja luput dari perhatian kita, apabila kita ‘terjebak’ dalam rutinitas sehari-hari. Ada tuntutan pekerjaan yang harus dituntaskan, misalnya, yang menyerap perhatian kita, sehingga membuat kita lupa untuk sedikit menikmati anugerah kehidupan ini. Dunia bergerak cepat, dan banyak hal yang bisa merampas waktu dan perhatian kita, apabila kita tidak benar-benar berkesadaran tentang apa yang sebenarnya mendasar dan penting.

Triknya ternyata terletak pada memberi perhatian pada hal-hal kecil, pada pilihan-pilihan praktis yang bisa diambil. Menikmati anugerah kehidupan adalah perihal menemukan kegembiraan dalam hal-hal sederhana yang seringkali terabaikan, seperti sejenak membiarkan diri menikmati sinar matahari, mendengarkan musik kesukaan, atau bahkan sekedar membiarkan diri untuk sesaat tidak melakukan apa pun yang produktif.

Dan berikut beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan semua orang:

  1. Awali dengan bersyukur

Cara paling sederhana untuk ‘menyuntikkan’ atmosfer positif dalam hidup kita adalah dengan bersyukur. Segera setelah bangun tidur, kita bisa bersyukur atas kesehatan, atas kasur yang nyaman yang membantu kita terlelap sepanjang malam, atas udara segar yang masih bisa kita hirup. Praktik sederhana seperti ini (barangkali) tidak akan terlihat signifikan saat kita melakukannya, akan tetapi secara kumulatif ini akan berdampak: membantu kita berfokus pada apa yang sudah ada, dan bukan pada apa yang masih kurang.

  1. Nikmati ritual pagimu

Kita bisa bangun lebih awal secara teratur agar kita tidak terburu-buru mengerjakan rutinitas pagi. Terkadang memang kita tidak selalu bisa bangun pagi tepat waktu, karena barangkali malam harinya kita tidur lebih telat dari biasanya, atau bisa saja cuaca mempengaruhi kita untuk merebahkan diri sedikit lebih lama. Tetapi apa pun kondisinya, kita bisa mencoba untuk tetap tenang di awal hari, agar bisa sungguh-sungguh menikmati awal hari yang baru. Menikmati kopi dan sarapan pagi dengan terburu-buru tentu sangat tidak menyenangkan. Maka perlu kita mengkondisikan diri agar momen-momen kecil namun berharga seperti ini tidak terlewatkan begitu saja. Spend a few extra minutes in these things.

  1. Cobalah bergerak

Aktivitas fisik telah terbukti sangat berdampak memperbaiki mood kita. Ada penelitian yang telah membuktikan ini. Maka menyediakan waktu untuk bergerak, sesederhana berjalan kaki sekurang-kurangnya 15 menit dalam sehari, atau melakukan kegiatan olahraga yang kita suka, akan secara signifikan memperbaiki mood dan level energi kita. Juga, kegiatan fisik seperti ini bisa menjadi semacam ‘mental break‘ dari rutinitas.

  1. Terhubung dengan orang lain

Hubungan antar manusia sangat vital dalam menunjang kebahagiaan kita. Penelitian 80 tahunan lebih yang dilakukan universitas Harvard telah membuktikan bahwa prediktor kebahagiaan seseorang tidak terletak pada status sosial, kekayaan, atau popularitas, tetapi pada kualitas relasi yang dimiliki orang tersebut dengan orang-orang lain di sekitarnya.

  1. Lakukan hobimu

Sisihkan waktu setiap hari untuk mengerjakan hal yang menyenangkan bagi kita, entah itu membaca novel, mengurus taman, melukis, atau memainkan alat musik. Mengerjakan hal yang menyenangkan biasanya bisa membuat kita lupa waktu sejenak, dan ini akan menyegarkan otak kita juga, sehingga kondisi mental kita akan lebih siap untuk menjalankan tanggung jawab kita, entah itu terkait pekerjaan atau sekolah.

  1. Mempraktikkan mindfulness

Mindfulness adalah seni untuk berkesadaran. Ini bisa dilakukan dengan meditasi atau latihan pernafasan, atau sekedar memberikan sedikit waktu untuk mengamati sekeliling kita. Kita berusaha untuk benar-benar sadar saat ini, apa pun yang sedang kita alami dan lakukan. Penelitian pun telah memvalidasi bahwa praktik ini membantu mengurangi stress dan meningkatkan kepuasan hidup. Praktik ini juga membantu kita untuk hidup lebih lambat dan bisa lebih mengapresiasi hal-hal indah dan baik dalam hidup.

  1. Lakukan refleksi positif

Saya menyadari bahwa sebagai seorang introvert dengan tipe INFJ-A, kecenderungan untuk pesimis lebih besar daripada optimis. Terkadang setelah membaca fakta-fakta di sekitar, saya biasanya cenderung menjadi pesimis. Tetapi berupaya untuk melihat hal-hal baik dalam hidup tentu juga penting, dan saya menyadari bahwa saya pun harus berupaya ‘mengimbangi’ kecenderungan untuk pesimis dengan ‘menyuplai’ otak saya dengan hal-hal positif, sekecil dan sesederhana apa pun itu.

Ada orang yang suka melakukan ini dengan menjurnal. Ada juga yang lebih suka mengingat-ingat sesaat sebelum tidur. Intinya adalah mencoba menyadari bahwa walaupun hidup penuh dengan hal-hal yang di luar harapan, atau tidak menyenangkan, tetap ada hal-hal baik yang sangat pantas disyukuri. Dalam jangka panjang ini akan membantu kita juga untuk lebih berpengharapan dalam hidup. Kita bisa lebih positif menatap masa depan, walaupun tentu saja masa depan penuh ketidakpastian.

Rasanya kalau kita bisa menerapkan hal-hal sederhana ini dalam hidup, kita bisa mengalami sebuah kehidupan yang lebih bermakna. Kita perlu menyadari bahwa sukacita seringkali ditemukan bukan dalam hal-hal besar dan fantastis, tetapi justru dalam momen-momen kecil yang terselip dalam perjalanan kehidupan setiap hari. Semuanya tergantung kepada kita apakah kita bisa mengapreasiasi hal-hal kecil ini untuk akhirnya menjadi landasan kebahagiaan kita.

Mari kita menghargai saat ini. Hari ini. Mari membuat hari ini menyenangkan, walau banyak tantangan. Tersenyumlah. 😊 🌷

“Man in the Car” Paradox

One particular concept that stands out in Morgan Housel’s The Psychology of Money is the “Man in the Car Paradox.” This paradox encapsulates the complex relationship between wealth, perception, and happiness. Let’s delve into the nuances of this paradox, but first, what is it all about?

Imagine driving past a person in a luxury car, envying their apparent wealth and success. However, what you don’t see is the financial stress, debt, or dissatisfaction that may accompany the owner of the luxury car. Meanwhile, the person driving a modest vehicle may be content, financially secure, and free from the burden of excessive consumption. The individual inside the car may be biased, thinking of themselves as cool and successful, when in reality, as the observer, you might imagine yourself driving the car, considering how cool and successful you would be.

Some key insights from this paradox are as follows:

  1. Relative Wealth vs. Absolute Wealth: Housel highlights the distinction between relative wealth (comparing oneself to others) and absolute wealth (financial security and peace of mind). The “Man in the Car Paradox” underscores that true wealth lies in achieving financial independence and contentment, rather than merely outpacing others in material possessions.
  2. The Illusion of Happiness: Society often equates wealth with happiness, leading individuals to pursue materialistic goals relentlessly. However, the paradox reveals that external markers of success may not always correlate with genuine fulfillment. Studies suggest that happiness derived from possessions is fleeting and often overshadowed by financial insecurity or comparison with others.
  3. The Importance of Perspective: The paradox emphasizes the significance of perspective in shaping our attitudes towards wealth and well-being. By reframing our definition of success and embracing gratitude for what we have, we can cultivate a more fulfilling and sustainable approach to money management.

What can we do about it?

Understanding the “Man in the Car Paradox” can profoundly influence our approach to personal finance. Instead of chasing superficial symbols of success, focus on building financial resilience, pursuing meaningful experiences, and nurturing relationships. Adopting a mindset of abundance and gratitude can lead to greater satisfaction and contentment, irrespective of one’s financial status. And that’s what truly matters in the end.

Practical Things We Can Do:

  • Prioritize financial goals based on personal values and long-term aspirations.
  • Practice mindful spending and differentiate between wants and needs.
  • Cultivate gratitude through regular reflection on life’s blessings.
  • Invest in experiences, relationships, and personal development rather than material possessions.
  • Embrace frugality as a means to achieve financial freedom and flexibility. I should emphasize though that this lifestyle is not for everybody.

☘️ ☘️ ☘️

The paradox serves as a poignant reminder that wealth is not merely a measure of material possessions but encompasses aspects of financial security, contentment, and perspective. By redefining our relationship with money and prioritizing intrinsic values over extrinsic markers of success, we can navigate the complexities of personal finance with greater wisdom and fulfillment.

As Morgan Housel eloquently states, “Being rich is having money; being wealthy is having time.” True wealth is achievable if you choose to embrace financial prudence, gratitude, and a holistic approach to well-being. 🤩

The Happiness Paradox

Have you ever noticed that the harder you try to be happy, the further it seems to slip away? It’s like chasing butterfliesthe more you pursue them, the flightier they become. This, my friends, is the paradox of happiness.

Imagine happiness as a beautiful wildflower. You can spend all day searching for the biggest, brightest bloom, but the truth is, happiness often thrives in unexpected places. It might be the warmth of sunlight on your face, the laughter shared with a loved one, or the quiet satisfaction of completing a task.

Here’s the twist: focusing solely on achieving happiness can backfire. It can make us:

  • Obsessive: We become fixated on external factors like material possessions or achieving certain goals, neglecting the simple joys in life.
  • Discontent: When we constantly chase after “more,” we fail to appreciate what we already have, leading to a feeling of dissatisfaction.
  • Pressured: The pressure to be happy can be overwhelming, creating anxiety and stress, which ironically, hinders our ability to actually experience happiness.

So, what’s the alternative?

The key lies in shifting our perspective. Instead of chasing a fleeting feeling, we should focus on living a meaningful life. This involves:

  • Finding purpose: What brings you a sense of fulfillment? It could be volunteering, pursuing a creative passion, or simply spending quality time with loved ones.
  • Practicing gratitude: Take a moment each day to appreciate the good things in your life, no matter how small. This simple act can significantly boost your mood.
  • Living in the present: Savor the experiences of the here and now, instead of dwelling on the past or worrying about the future.

Remember, happiness is not a destination, it’s a journey. Like the Chinese proverb says, “The journey of a thousand miles begins with a single step.” Take small steps each day towards living a meaningful life, and you’ll find that happiness naturally blossoms along the way.

Here are some inspiring quotes to ponder:

"Happiness is not something you pursue, it is something that comes as a byproduct of a life well lived."Eleanor Roosevelt
"Don't chase happiness, create it."Jim Rohn
"The purpose of life is not to be happy. It is to be useful, to be honorable, to be compassionate, to have it make some difference that you have lived and lived well."Ralph Waldo Emerson

So, the next time you find yourself chasing happiness, take a deep breath, shift your focus, and embrace the beautiful journey of life. You might be surprised by the happiness you find along the way. 😉

Click to listen highlighted text!