Kebahagiaan seringkali kita anggap akan dicapai dari hal-hal di luar diri kita, seperti pasangan yang serasi, berat badan ideal, pekerjaan impian, kota tempat tinggal yang diidamkan, dan lain sebagainya. Kita berpikir bahwa kalau kita bisa mendapatkan hal-hal ini, maka kita akan bahagia. Model IF… THEN… (Jika saya membeli mobil baru, maka saya akan bahagia. Apabila saya mendapatkan pekerjaan dengan gaji 50 juta sebulan, saya akan bahagia, dan seterusnya …)
Psikolog Kennon Sheldon dan Sonja Lyubomirsky lalu menemukan prinsip “adaptasi hedonis”, dimana ketika kita misalnya menang undian dan mendapat hadiah, kita akan merasa senang untuk beberapa saat, akan tetapi kemudian kita akan terbiasa dengan keadaan tersebut, dan level kebahagiaan kita kembali ke dasar (baseline).
Maka jelas bahwa kebahagiaan tidak diperoleh dari hal-hal di luar diri kita.
Lalu bagaimana agar kita bisa lebih bahagia, saat ini?
- Berdamai dengan segala kekurangan diri dan izinkan diri kita untuk menjadi tak sempurna.
- Kalau kita tak sempurna, kita juga harus memaklumi bahwa orang lain juga tak sempurna. Harus ada ruang untuk ketidaksempurnaan (room for imperfection) bagi diri kita sendiri dan juga orang lain.
- Lepaskan ekspektasi yang berlebihan tentang bagaimana perjalanan hidup kita seharusnya. Bagaimana hidup kita berjalan adalah suatu hal yang di luar kendali kita sepenuhnya, dan ada banyak sekali faktor yang mempengaruhinya.
- Hentikan kebiasaan berandai-andai tentang masa lalu dan masa depan. Apresiasi dan syukurilah hal-hal baik dalam hidup kita saat ini.
- Tetap coba hal-hal baru agar hidup kita tetap terasa menarik. Proses belajar hal baru bisa menimbulkan kebahagiaan yang lebih bertahan lama.
Saya percaya bahwa kebahagiaan adalah efek samping dari pilihan-pilihan kita setiap hari dan pada prinsipnya kebahagiaan adalah hadiah (gift); sehingga mengejar kebahagiaan sebagai sebuah tujuan akhir hanya akan menjauhkan kita dari kebahagiaan itu sendiri. Agreed? 😉