Selamat datang di blog Paulinus Pandiangan. Semoga kamu menemukan sesuatu yang berguna.   Click to listen highlighted text! Selamat datang di blog Paulinus Pandiangan. Semoga kamu menemukan sesuatu yang berguna.

Kebahagiaan di Dalam Diri

Kebahagiaan seringkali kita anggap akan dicapai dari hal-hal di luar diri kita, seperti pasangan yang serasi, berat badan ideal, pekerjaan impian, kota tempat tinggal yang diidamkan, dan lain sebagainya. Kita berpikir bahwa kalau kita bisa mendapatkan hal-hal ini, maka kita akan bahagia. Model IF… THEN… (Jika saya membeli mobil baru, maka saya akan bahagia. Apabila saya mendapatkan pekerjaan dengan gaji 50 juta sebulan, saya akan bahagia, dan seterusnya …)

Psikolog Kennon Sheldon dan Sonja Lyubomirsky lalu menemukan prinsip “adaptasi hedonis”, dimana ketika kita misalnya menang undian dan mendapat hadiah, kita akan merasa senang untuk beberapa saat, akan tetapi kemudian kita akan terbiasa dengan keadaan tersebut, dan level kebahagiaan kita kembali ke dasar (baseline).

Maka jelas bahwa kebahagiaan tidak diperoleh dari hal-hal di luar diri kita.

Lalu bagaimana agar kita bisa lebih bahagia, saat ini?

  • Berdamai dengan segala kekurangan diri dan izinkan diri kita untuk menjadi tak sempurna.
  • Kalau kita tak sempurna, kita juga harus memaklumi bahwa orang lain juga tak sempurna. Harus ada ruang untuk ketidaksempurnaan (room for imperfection) bagi diri kita sendiri dan juga orang lain.
  • Lepaskan ekspektasi yang berlebihan tentang bagaimana perjalanan hidup kita seharusnya. Bagaimana hidup kita berjalan adalah suatu hal yang di luar kendali kita sepenuhnya, dan ada banyak sekali faktor yang mempengaruhinya.
  • Hentikan kebiasaan berandai-andai tentang masa lalu dan masa depan. Apresiasi dan syukurilah hal-hal baik dalam hidup kita saat ini.
  • Tetap coba hal-hal baru agar hidup kita tetap terasa menarik. Proses belajar hal baru bisa menimbulkan kebahagiaan yang lebih bertahan lama.

Saya percaya bahwa kebahagiaan adalah efek samping dari pilihan-pilihan kita setiap hari dan pada prinsipnya kebahagiaan adalah hadiah (gift); sehingga mengejar kebahagiaan sebagai sebuah tujuan akhir hanya akan menjauhkan kita dari kebahagiaan itu sendiri. Agreed? 😉

Olahraga: Just Do It!

Kita tidak diciptakan untuk berdiam saja seharian di dalam ruangan, duduk di depan layar TV atau komputer. Kita harus bergerak, kita wajib berolahraga. Beberapa dampak positifnya adalah kualitas tidur yang lebih baik dan imunitas tubuh yang meningkat. Di samping itu, orang yang tidak berolahraga lebih rentan mengalami depresi. Orang yang berolahraga secara teratur juga cenderung lebih percaya diri dan merasa nyaman dengan tubuhnya.

Manfaat Olahraga | Sumber

Profesor psikiatri Harvard, John Ratey, menyatakan bahwa,

Olahraga bisa diibaratkan seperti perawatan paling manjur seorang psikiater. Olahraga bisa mengatasi kecemasan, gangguan kepanikan, dan stres secara umum yang berhubungan erat dengan depresi. Aktivitas olahraga akan melepaskan neurotransmitter, norepinefrin, serotonin, dan dopamin, yang memiliki efek sangat mirip dengan obat-obat psikiatri terpenting; olahraga itu seperti mengkombinasikan sedikit Prozac dan Ritalin dan mengaplikasikannya di tempat yang tepat.

John Ratey M. D

Selain itu, ada juga penelitian yang dilakukan oleh Michael Babyak dan koleganya di Universitas Duke yang menemukan bahwa olahraga 3 kali seminggu, masing-masing 30 menit, bisa membantu pasien yang didiagnosa depresi berat (gangguan depresi mayor) dan bisa menjadi alternatif dari terapi dengan obat-obatan. Yang lebih menarik, penderita depresi berat yang mengkonsumsi obat anti depresan akan cenderung untuk mengalami depresi lagi ketika sesi terapi sudah selesai dibandingkan dengan pasien yang tidak hanya mengkonsumsi obat, tapi juga berolahraga; artinya olahraga menjadi satu faktor penting yang bisa membedakan keadaan dua orang yang sama-sama mengalami depresi berat.

Maka kesimpulan pentingnya bagi kita semua adalah: Kita butuh berolahraga. Kalau ini tidak terpenuhi, ada harga yang harus dibayar.

Seperti slogan Nike, tak usah berpikir panjang tentang olahraga. Pilih aktivitas olahraga yang paling cocok denganmu, dan just do it!

Tentang Keberuntungan dan Risiko

Pernah mendengar ungkapan “proses tidak akan mengkhianati hasil?”

Sekilas terkesan benar, tetapi kita akan melihat sebentar lagi bahwa kalimat itu tak sepenuhnya benar. “Proses tidak akan mengkhianati hasil” menyiratkan bahwa hasil hanya berkorelasi dengan proses. Kalau prosesnya baik, hasilnya PASTI baik. Kalimat ini mempersempit HASIL hanya sebagai dampak dari PROSES, tetapi pada kenyataannya ada kekuatan-kekuatan lain yang mempengaruhi sebuah hasil: keberuntungan dan risiko.

Mari kita simak kisah berikut.

LANJUTKAN MEMBACA …

Aksi Memberi dan Kesehatan

Saya kita kita semua setuju bahwa kesehatan adalah sesuatu yang tidak sepenuhnya bisa kita kendalikan atau upayakan. Kita bisa berolahraga secara reguler, mengatur pola makan dan istirahat dengan baik, dan tindakan-tindakan ini, saya percaya, bisa sangat membantu kita untuk sehat.

Akan tetapi, kemungkinan untuk menjadi sakit tetap ada, kendati dengan sederet upaya di atas.

Artinya, kesehatan pada dasarnya adalah rahmat; pemberian dari Yang Kuasa bagi kita. Tindakan-tindakan kita bisa membantu terciptanya kondisi sehat, akan tetapi pada akhirnya keadaan sehat itu sendiri adalah rahmat. It’s a gift on its own.

Upaya menjaga kesehatan biasanya selalu diasosiasikan dengan olahraga teratur dan pengaturan pola makan dan istirahat. Semuanya tentang fisik.

Tetapi kesehatan (ternyata) tidak melulu soal fisik.

Ilustrasi Memberi (Giving)

Kebiasaan memberi dengan ikhlas (generous giving) ternyata juga bisa memberikan dampak yang baik bagi kesehatan kita. Orang yang dengan ikhlas berdonasi atau memberikan bantuan kepada orang lain dilaporkan beberapa penelitian mengalami perbaikan pada kualitas kesehatannya. Orang-orang seperti ini pada umumnya memiliki tekanan darah yang lebih stabil, memiliki kepercayaan diri yang baik, tidak rentan mengalami depresi, dan lebih merasa puas dengan hidupnya, juga tentu lebih bahagia.

Saya juga pernah membaca sebuah studi yang membandingkan kelompok orang yang rela memberikan uangnya dengan orang yang menyimpan semua uangnya untuk diri sendiri. Yang menarik adalah, kendati orang yang menyimpan uang untuk diri sendiri pada akhirnya memiliki lebih banyak uang (tentu saja!), akan tetapi cenderung kurang bahagia dan lebih rentan terserang penyakit dibandingkan orang-orang yang dengan rela memberikan sebagian uangnya kepada orang lain. Tampaknya memang kita dirancang sebagai makhluk yang harus berbagi untuk bisa hidup dengan sehat dan bahagia.

Saya jadi teringat dengan kata-kata Santo Fransiskus dari Assisi yang sangat terkenal itu,

Memberi dengan ikhlas pada dasarnya perlu kita lakukan untuk diri sendiri, karena hanya dengan begitulah kita akan menerima pula kebaikan yang ditimbulkannya. Salah satunya, tentu saja, dampaknya bagi kesehatan kita. 😉

Memberi juga merupakan ekspresi dari rasa syukur. Giving is gratitude in action.

Saya kira relasi antara aksi memberi dengan tulus (dan dengan intensi untuk membantu orang lain) dan dampak baiknya bagi kesehatan kita akhirnya menjadi jelas. Dengan memberi aku menerima, sebagaimana ungkapan terkenal Santo Fransiskus dari Assisi.

Akan tetapi, penekanan dari aksi memberi tetap harus pada koridor untuk membantu orang lain. Membaiknya kesehatan dari aksi memberi hanyalah efek samping, dan bukan tujuan.

Memberi secara berlebihan hingga mengorbankan waktu untuk diri sendiri justru menyebabkan kelelahan yang malah tidak menyehatkan. Tetap harus ada keseimbangan antara waktu untuk diri sendiri dengan waktu yang didedikasikan membantu orang lain. The art is in the balance.

Untuk bacaan yang lebih detail, berikut 3 artikel yang membahas hal ini:

  1. 5 Ways Giving Is Good for Your Health di alamat ini: https://www.besthealthmag.ca/list/5-ways-giving-is-good-for-your-health/
  2. 5 Ways Giving Is Good for You di alamat ini: https://greatergood.berkeley.edu/article/item/5_ways_giving_is_good_for_you
  3. Why Giving is Good For Your Health di alamat ini: https://www.heifer.org/blog/why-giving-is-good-for-your-health-copy.html

Semoga postingan singkat ini berguna! ❤💖🤩

Salam,

Paulinus Pandiangan

Hoax Buster COVID-19

Ada terlalu banyak hoax beredar di jejaring sosial terkait COVID-19, dan membuat suasana pandemi justru semakin kacau. Overload informasi.

Ada hoax tentang mencuci hidung dengan air garam untuk membunuh virus Corona, misalnya. Atau menghirup aroma cuka untuk tujuan yang sama.

Penyebaran hoax tentu di luar kendali kita. Yang bisa kita kendalikan adalah bagaimana kita bereaksi terhadapnya: apakah kita tanpa berpikir panjang langsung ikut menyebarkan hoax (meskipun ini seringkali dengan niatan baik) atau mencoba untuk berhenti dulu dan mencoba mencari tahu lebih dalam tentang informasi yang diedarkan.

Berikut situs hoax buster yang bagus dan resmi yang bisa menjadi acuan sebelum bergegas menyebarkan berbagai informasi yang belum jelas validitasnya:

https://covid19.go.id/p/hoax-buster

Selain website di atas, dengan sedikit Googling kita sebenarnya bisa menentukan apakah sebuah informasi cukup valid. Atau, jika ingin lebih serius lagi, kita dapat mencari referensi resmi, berupa jurnal penelitian, misalnya, terkait informasi yang diedarkan di media sosial. Atau, dalam waktu relatif singkat kita sebenarnya bisa mencari tahu apa perbedaan bakteri dengan virus, dan apakah asam bisa membunuh keduanya. Go read the science first!

Tergantung kita saja sebenarnya, apakah mau mencari tahu lebih dalam dan lalu menjadi lebih cerdas setelahnya, atau hanya dengan seenaknya menekan tombol Forward, a no-brainer game.

Waspadalah, sobat, dengan banyaknya informasi yang berseliweran di jagat maya terkait pandemi saat ini. Use your mind!

Salam,

Paulinus Pandiangan

Chart-ing dengan Everviz

Saya iseng mencoba embedding chart ke dalam postingan WordPress dengan menggunakan layanan dari everviz. Hasilnya cukup memuaskan, dan berikut hasil uji coba saya:

Datanya saya ambil dari alokasi daya listrik yang dihasilkan biogas plant tempat saya bekerja, yang disebut dengan Methane Capture Plant (MCP), dan alokasinya masing-masing untuk parasitic load, kebutuhan listrik domestik pabrik, penerangan afdeling sekitar pabrik, granulator pupuk, dan Kernel Crushing Plant (KCP).

Berikut gambar tangkapan layar saat saya membuat chart di atas dengan menggunakan PC.

Tangkapan Layar Everviz

Seperti bisa dilihat, layar kerja yang ditampilkan sangat mirip dengan Excel. Bahkan kalau kamu belum pernah membuat chart dengan Excel sebelumnya, tidak akan ditemukan kesulitan menggunakan aplikasi ini. Interface-nya cukup intuitif.

Demikian cerita uji coba saya menggunakan layanan membuat chart yang bisa di-publish di blog.

Salam,

Paulinus Pandiangan
Click to listen highlighted text!