Selamat datang di blog Paulinus Pandiangan. Semoga kamu menemukan sesuatu yang berguna.   Click to listen highlighted text! Selamat datang di blog Paulinus Pandiangan. Semoga kamu menemukan sesuatu yang berguna.

Jebakan Balas Dendam

Ada metode menarik untuk membunuh beruang di zaman kuno. Potongan kayu besar digantungkan dengan tali di atas secangkir madu. Setiap kali beruang berusaha mengambil madu tersebut, dia harus menggeser potongan kayu tersebut, membuat kayunya berayun dan memukul balik tubuh beruang. Jika dia menolak kayu lebih kuat, kayu pun akan berayun lebih kuat dan menghantam tubuh beruang dengan lebih kuat pula. Begitu seterusnya, hingga akhirnya beruang mati akibat terhantam balok kayu tersebut. Proses ini memang lambat, tapi efektif untuk membunuh beruang. Dan ini bisa terjadi karena beruang begitu menginginkan madunya, sampai tidak menyadari jebakan balok kayu berayun yang menyertainya.


Barangkali terdengar konyol, tapi manusia juga acap berperilaku serupa seperti beruang tadi. Seringkali saat menerima keburukan dari seseorang, kita ingin segera membalas; kita merasa perlu untuk segera “memberi pelajaran” kepada orang tersebut. Kita ingin impas, sama seperti beruang yang sangat menginginkan madu tadi.

Tetapi, belajar dari jebakan balok kayu yang siap menanti tindakan balas dendam beruang, kita pun akan mendapat balasan serupa yang justru bisa menghancurkan kita. Aksi menghasilkan reaksi, ini sudah menjadi hukum alam. Saat kita membalas dendam, segalanya tak akan berhenti di situ. Kita akan mengalami penderitaan psikologis yang sama seperti yang dialami orang yang bertindak buruk kepada sesamanya. Hurting others is essentially hurting ourselves.

Itulah kekuatan ajaran cinta kasih. Apabila kita membalas keburukan dengan kasih, kasih akan menghancurkan keburukan sebelum keburukan itu bertumbuh dan menjadi kuat.

Jadi, kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri. That’s the best way, dan itu yang diajarkan Tuhan sendiri. Cheers! 🤗

Salam,

Paulinus Pandiangan

Author: Paulinus Pandiangan

Saya seorang Katolik, anak ketiga dari 3 bersaudara, ayah dari tiga anak, orang Batak, saat ini bekerja di sebuah pabrik kelapa sawit di Kalimantan Tengah. Saya dilahirkan pada 8 Januari 1983. Capricorn.

Click to listen highlighted text!