Berfokus pada hal yang penting terdengar sederhana dan sepertinya mudah untuk dilakukan: identifikasi hal apa saja yang penting, abaikan yang tak penting, isi waktu dengan hal-hal yang penting tadi, done. Easy peasy, huh?
But is that so?
Pikiran kita berkelana kesana kemari dan kita pada dasarnya sangat mudah terdistraksi—sayangnya, pada hal-hal yang tak begitu penting. Dengan mudahnya (dan seringkali tanpa sadar) kita menghabiskan waktu menatap layar smartphone, dan mengabaikan apa yang ada di sekitar—yang mungkin lebih layak mendapat perhatian kita.
Dan itu hanya satu contoh saja.
Perhatian kita terpecah setiap saat, dan kalau tidak dilatih untuk berfokus, pada akhirnya kita akan menjadi terbiasa untuk mudah terdistraksi. Maka sangat perlu, sebagai langkah awal, mencatat dalam pikiran kita apa saja yang berharga bagi kita.
Misalnya,
- Berdoa dan beribadah;
- Waktu bersama keluarga
- Olahraga;
- Menulis blog;
- Merekam podcast;
- Membaca buku; dan hal-hal lainnya (sesuai preferensi pribadi).
Dengan benar-benar mendefinisikan apa saja yang berharga bagi kita, akan lebih mudah untuk melatih pikiran untuk mengerahkan perhatian pada hal-hal di dalam daftar tadi. Membuat daftar seperti ini (secara fisik maupun mental) akan membantu membentuk pembatas mental dalam pikiran kita, sehingga kita akan bisa secara refleks bereaksi terhadap hal-hal esensial yang penting bagi kita dan hal-hal yang tidak penting.
Selanjutnya tentu saja mengalokasikan waktu khusus untuk hal-hal yang ada dalam daftar tadi, karena hal yang penting tentu harus mendapat alokasi waktu yang sesuai pula. Kita harus belajar mengalokasikan waktu untuk hal-hal yang berharga tadi, seperti koneksi dengan keluarga, berdoa, melakukan hobi, dan sebagainya. Orang-orang yang sudah sangat terlatih bahkan mempunyai jam-jam emas (sacred hours)—waktu yang mereka alokasikan khusus untuk suatu kegiatan tanpa distraksi—dan terbukti memang dengan itu mereka berhasil membuat suatu karya. So it works.
Barangkali kita pun bisa mencoba hal yang sama, or have you?