Bagaimana Gereja Katolik memandang penderitaan manusia?
Penderitaan merupakan suatu fakta kehidupan manusia yang paling sulit dihadapi dan dipahami. Tak ada manusia yang tidak pernah menderita. Saat Anda membaca teks ini, misalnya, anak-anak di belahan dunia lain (barangkali) sedang terjangkit penyakit langka, ditelantarkan, para tawanan disiksa, wanita diperkosa, pasangan suami istri saling menyakiti, reputasi orang hancur karena pilihan politis, orang-orang baik mati muda dan orang-orang jahat justru berkuasa. “Mengapa semua ini harus terjadi?” menjadi pertanyaan di benak kita.
Berbagai bentuk penderitaan manusia ini bahkan telah lama dijadikan sebagai argumen yang membantah keberadaan Tuhan. Jika memang Tuhan ada, dan Dia Maha Kasih, lalu mengapa Dia “membiarkan” semua penderitaan terjadi, barangkali begitu logikanya. Lebih mudah bagi banyak orang untuk akhirnya menilai bahwa alam semesta tercipta secara kebetulan saja, sehingga penderitaan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari sebagai sebuah kemungkinan (probabilitas); di dalam dunia dimana tiap orang memiliki kebebasan, berbagai hal (bisa saja) menjadi kacau, dan terjadilah penderitaan manusia.
Dalam pandangan Gereja Katolik, penderitaan manusia (human suffering) adalah suatu misteri. Misteri yang dimaksud di sini bukan merujuk ke semacam teka-teki untuk dipecahkan, atau semacam persoalan yang membutuhkan jawaban pasti, misalnya hasil penjumlahan dua angka positif.
Selanjutnya…